Wednesday, December 22, 2010

hari ibu, hari untuk ibuku dan diri sendiri

beberapa waktu lalu, saya benar-benar dilanda kesedihan.Saya mengalami kesulitan dalam mendidik putri sulung karena masalah emosi yang kadang tidak stabil. Saya selalu teringat mendiang ibu saya, Mami, terhadap saya khususnya, yang saya selama menjadi anaknya sewaktu kecil tidak pernah merasakan dipukul, atau dibentak oleh dia. Dia selalu lebih banyak diam bila tidak suka, atau berbicara cukup hanya sekali.
Saya ingat, waktu itu , mungkin usia saya baru lima tahun, saya merengek meminta uang untuk jajan. Waktu itu ibu saya sambil membersihkan rumah berkata," Mami sedang nggak ada uang." Hanya itu, saya merengek dia diam, dan memberikan dompetnya yang kosong, tanpa membentak, meninggikan suara, tidak juga memukul.
Sering saya mengingat bagaimana Ibu saya mendidik saya selalu dengan lembut, diam bila tidak suka, dan berbicara cukup sekali bila saya nakal. Dan saya patuh karenanya.
Type temperamen turun dari sikap ayah saya yang terlampau disiplin, dan keras. Dampak itu sangat menyulitkan saya sekarang, karena cara didik seperti ayah saya sangat menyulitkan posisi saya untuk mencintai ayah, sulit mencintai ayah, tapi mudahmencintai Ibu, dan saya ingin seperti ibu saya..selalu dirindukan, dikenang.

Selalu dalam doa, saya memohon supaya Allah menjadikan aku bersikap lembut sebagai ibu seperti mamaku...
Selamat hari ibu , mamaku Lianawati, ibu yang lembut dalam mendidik, bertahan dalam masalah, tersenyum setiap waktu, dan dicintai sepanjang masa.

Sunday, December 19, 2010

membaca yang membuat tersenyum


Babi

Cerpen Romi Zarman Silakan Simak!
Dimuat di Koran Tempo Silakan Kunjungi Situsnya! 10/17/2010 Telah Disimak 403 kali

“Dasar babi!”

“Dasar babi?”

Saya tak mengerti: kenapa ucapan itu terdengar lirih. Bukankah ia hendak memaki saya? Kenapa ia tak berani lantang? Beberapa detik saya pikirkan. Ah, mungkin karena ia sudah terlalu lelah. Berjam-jam ia memeriksa saya. Sejak kemarin lusa, ini pemeriksaan kali kedua. Tapi sampai sekarang ia belum juga mendapatkan apa-apa.

Saya tatap ia, duduk menghadap ke arah saya di seberang meja. Sebagai seorang petugas, ia sudah menjalankan aturan sebagaimana mestinya. Lihatlah, tak seperti kebanyakan polisi lainnya, ia lepaskan seragamnya sewaktu memeriksa saya. Ia ganti dengan sebuah kemeja. Memang, sudah semestinya.

“Dasar babi? Apa maksud Bapak?”

Raut wajahnya berubah. Ia terlihat tegang dan mulai ketakutan.

Saya bisa saja melaporkan dia atas tuduhan penghinaan dalam pemeriksaan perkara. Atau setidak-tidaknya saya bikin laporan ke Propam, untuk pelanggaran kode etik. Akan tetapi, saya tak tega. Lihatlah raut wajahnya. Betapa lelahnya ia.

“Sungguh, saya tak bermaksud demikian.”

Ia coba meyakinkan saya.

“Empat jam saya diperiksa, tapi Bapak melecehkan saya. Tidakkah Bapak seharusnya bisa lebih sopan?”

“Ya, ya,” ia menjawab gugup, “maafkan saya. Tak ada maksud saya melecehkan Anda. Saya hanya sedikit lelah. Saya hanya butuh sedikit istirahat. Maafkan saya.”

Saya coba memahaminya. Ia belum mendapatkan keterangan yang berarti dari saya, tapi lelah sudah menyergap tubuhnya. Betapa kasihan ia.

“Jujur,” katanya, “saya tak ingin Anda melaporkan saya.”

“Bisakah Bapak ceritakan?”

“Tentu,” katanya. “Emosi saya sering lepas tak terkendali. Setiap ada terperiksa atau tersangka yang berbuat nakal, saya langsung jadi kesal. Mulanya hanya makian. Tapi karena terlalu sering, akhirnya jadi kebiasaan. Seperti tadi yang Anda dengar. Saya kesal. Saya belum juga mendapatkan keterangan kunci. Sedangkan lelah sudah menyergap tubuh saya. Akhirnya….”

“Anda keluarkan umpatan?”

“Ya! Tapi bukan makian.”

Saya mengerti. Selain karena ia belum juga mendapatkan keterangan yang berarti, sebenarnya ia juga kesal karena tak ada petugas pengganti.

“Saya harap Anda paham. Tak ada maksud saya melecehkan.”

“Baiklah,” kata saya. “Tapi bolehkah saya tahu kenapa Anda memilih ‘babi’ sebagai bahan umpatan? Tidakkah ada yang lainnya?”

“Ada,” katanya. “Tapi seperti yang saya katakan, hanya karena ia sudah menjadi kebiasaan. Makanya saya susah melepaskan diri darinya.”

“Kasihan,” kata saya.

“Kasihan?”

“Ya. Babi dijadikan bahan umpatan. Padahal tahukah Anda bahwa ia binatang yang paling teraniaya?”

“Maksud Anda?”

Betapa tololnya ia, tak mengerti maksud saya. “Baiklah. Saya jelaskan. Pernahkah Anda dengar tradisi berburu babi?”

“Tidak,” katanya.

“Tradisi itu ada di kampung saya. Setiap akhir pekan orang-orang datang membawa anjing peliharaan. Anjing-anjing itu mereka lepaskan.”

“Untuk apa?”

“Untuk memburu babi hutan.”

“Babi hutan?”

“Ya. Mereka berburu setiap Sabtu atau Minggu. Padahal di balik semua itu, tak lain dan tak bukan, adalah penganiayaan yang berkepanjangan.”

“Penganiayaan?”

“Ya,” jawab saya. “Mereka memburu babi hutan. Merobek-robek tubuhnya demi kesenangan. Tidakkah itu namanya penganiayaan?”

Ia diam, mungkin menunggu kelanjutan. “Memang,” kata saya, “bukan mereka yang maju ke depan. Tapi anjing-anjing peliharaan. Seperti yang saya sebutkan, para pemburu itu bukan hanya seorang atau dua orang. Tapi puluhan.”

“Puluhan?”

“Setiap kepala pasti membawa satu anjing peliharaan. Bayangkan, puluhan anjing memburu babi hutan. Dan babi hutan, bayangkan, mereka keroyok sendirian.”

“Pernahkah Anda menyaksikan?”

“Pernah. Tubuhnya bagai dicincang-cincang. Lagi pula si Tuan membawa parang dan senapan.”

“Senapan?”

Saya mengangguk pelan.

“Siapakah sebenarnya yang memburu babi hutan?” katanya. “Si Tuan, ataukah anjing-anjing peliharaan?”

“Tentu saja si Tuan. Tapi karena mereka tak punya banyak keberanian, akhirnya mereka gunakan anjing peliharaan.”

“Dan Anda? Pernahkah anda berburu?”

“Pernah,” kata saya. “Tapi seiring berjalannya waktu, semuanya menjadi terbalik. Sekarang justru saya yang diburu.”

“Diburu?” Kerutan di keningnya menandakan ketidakmengertian. “Kenapa bias? Bisakah Anda jelaskan?”

“Bisa,” kata saya. “Tapi kita harus kembali dulu ke materi pemeriksaan.”

“Maksud Anda?”

“Seperti yang Anda inginkan. Anda ingin mengorek keterangan kunci dari saya. Dan agar Anda tak bertanya-tanya, sebaiknya langsung saja saya utarakan.”

“Silakan!” katanya.

Saya lihat ia sungguh-sungguh mendengarkan.

“Begini,” kata saya, “saya tak tahu dalangnya siapa. Tapi tiba-tiba saya yang dituduh melakukannya. Anda tahu, sudah dua kali saya dijebloskan dengan pasal yang berbeda. Tapi saya selalu lolos dari jebakan mereka.”

“Jebakan mereka?”

“Mungkin.”

“Mungkin?” ia bertanya, seperti hendak menegaskan. “Ya, mungkin. Karena babi ketika berlari tak akan menoleh ke kiri atau kanan. Ia akan terus berjalan lurus ke depan. Tak peduli semak atau rimbun ilalang, ia akan tetap menerjang. Seperti itukah yang Anda maksudkan?”

“Memang,” kata saya.

Hendak saya lanjutkan ucapan. Tapi sebelum sempat hal itu saya lakukan, tiba-tiba saja saya lihat matanya mulai berbinar, dan ia kembali berkata, “Dasar babi!” ***

Padang, 3 Mei 2010

Sunday, November 28, 2010

Hari ulang tahun anak pertama

pffhht...alhmadulillah,
akhirnya, key menginjak usia kanak-kanak, usia 5 tahun. Bukan lagi seorang bayi mungil dengan popok di 'bokong', dan basah karena mengompol. Bukan lagi seorang bayi mungil yang sering sakit sebab sekarang seiring bertambahnya usia, bertambah juga kekebalan tubuhnya.
Masih seperti di waktu kecil ( batita ), key masih suka mendengarkan cerita, masih suka minta dongeng, dan masih suka menimbulkan ide-ide kreatif yang kadang ' merepotkan', msih ada ide untuk membuat lomba, menulis undangan-undangan untuk perayaan yang tidak perlu dirayakan
( like party), kadang moody kadang bad mood, dan yang psti rambutnya semakin gondong dengan mata yang kelihatannya semakin ' belo ' setiap harinya, hahah( mirip omanya),

Sudah banyak kado yang dikumpulkannya, sepeda, jam weker, gaun yang lumayan expensive, dan masih banyak lagi kado2 yang diberikan sebelum waktunya, karena menginjak bulan ' november' , kami sebagai orang tua sudah merasakan kegembiraan tersendiri...bulan ini adalah bulan berharga bagi kami, karena semuanya berubah , semuanya bertambah indah, dan semuanya semakin sempurna.

masa ini , dimulai masa kanak-kanaknya, sampai berusia sebelas atau dua belas adalah masa remaja, di masa SMA dan di masa bangku kuliah pra dewasa. Menurut beberapa buku yang saya baca, waktu akan merangkak, berjalan mengendap-ngendap, tidak bersuara, dan tiba-tiba dia sudah besar dan tersenyum sebagai seorang wanita dewasa, oh my god!

Tentunya, sebagai orangtua, saya dan suami akan selalu belajar tentang bagaimana mengisi masa kanak-kanaknya dengan kegembiraan tanpa meninggalkan usaha mencerdaskan secara emosi dan intelegensia pada si kudenk..betul??

Well...doa kepada Allah sang pencipta juga tidak akan lepas dari hati dan bibir kami, untuk berharap agar Allah selalu memberikan kemudahan dalam segala urusan si keyla di dunia dan di akhirat,semoga selalu panjang umur agar selalu dapat memberikan manfaat pada lingkungan, membuat segala sesuatunya menjadi lebih baik dengan kehadirannya. Dan semoga, key bisa tumbuh dan mencapai cita-citanya, sesuai dengan bakat dan keinginannya...

Maafkan kesalahan orangtuamu, dan selalu bahagiakan orangtuamu, dan yang penting berdoa kepada Allah untuk kebahagiaan orangtuamu ya!

Happy birthday kayla!!
Muty Khairani Halis Harahap!29 November 2010

Sunday, November 21, 2010

HARGA DIRI - PENDIDIKAN - MARTABAT BANGSA

Rumit, lebih dari yang dibayangkan, penyiksaan terhadap para TKI sudah berlangsung sejak lama, kisah para TKI yang kembali tinggal jasad dalam peti , atau kembali dalam keadaan ' gila' dan kembali tidak ' utuh' lagi sudah menjadi polemik yang sangat tertunda.

Apa masalahnya, sehingga mereka terutama yang memperkerjakan TKI pada negeri Malaysia dan Arab menyepelekan keselamatan hak hidup warga negara Indonesia yang bekerja disana??

Menurut hemat saya, mungkingkah itu karena masalah pendidikan? Para TKI yang berangkat ke Malaysia dan Arab Saudi sebagai pembantu rumah tangga adalah orang-orang yang memiliki ijazah dibawah SLTA sederajat, sehingga daya intelektual mereka mengenai hak hidup manusia, atau setidaknya hak tenaga kerja - tidak mereka pahami secara sempurna. Sedangkan untuk bisa bekerja di negeri ' orang' seseorang harus memiliki bekal yang cukup, dan bekal itu akan bertambah cukup seiring semakin tingginya dasar pendidikan yang mereka kenyam.

hasilnya saya berpikir mungkinkah bisa Bapak Presiden membuat peraturan baru untuk menangani masalah TKI khususnya TKI menuju Malaysia dan Arab Saudi( kalau sebuah handphone ya...bolehlah, tapi kalau handphonennya dirusak, lowbath, atau lainnya?).

Bagaimana dengan ini :

a. Memberikan persyaratan bahwasanya calon TKI hanya boleh berangkat ke luar negeri apabila sekolah mereka minimal SLTA sederajat, dan apabila tingkat pendidikan tidak sampai SLTA sederajat, silahkan menjadi pembantu di dalam negeri saja.

b. Khususnya bagi TKI yang akan berangkat ke Malaysia dan Arab Saudi, TKI yang dikirim minimal adalah sebagai Tenaga pengasuh anak/ baby sister, tidak boleh sebagai pembantu, dilanjutkan sebagai buruh pabrik, dan sebagainya.


Persyaratan diatas akan membantu masyarakat kita untuk memahami mengenai pentingnya pendidikan, mengenai tingginya hak asasi manusia, dan berjuang keras untuk menyekolahkan anak-anaknya sampai tingkat SLTA atau sederajat. Para orangtua harus merasa pentingnya pendidikan bagi kelangsungan hidup anak-anaknya yang lebih baik di masa mendatang.

Sejauh ini, baru ini yang ada dipikiran saya Bung Aiman, saya berharap anda bisa membantu mewujudkan keinginan saya untuk menjaga harga diri bangsa , menjunjung HAM setinggi-tingginya.

Hidup Indonesiaku!!


Thursday, November 18, 2010

kesalahan di dunia kepenulisan

Dalam berkarir, dimanapun...seseorang pasti pernah membuat kesalahan, tinggal tergantung saja sih, parah atau nggak..hihi...
Saya membuat kelalaian yang saya sendiri tidak menyadarinya di bulan oktober...jadi waktu honor saya tidak masuk dari salah satu Koran di Jakarta...saya anteng meneng..sambil berharap, koran sing satunya mau mengerti...kelalaian yang tidak pernah terjadi selama hampir saya menulis di tahun ke sepuluh ini,

Saya sempat bingung, kecewa..atas kelalaian ini...karena bisa jadi ini kelalaian parah yang mungkin juga merugikan banyak pihak, meskipun hati saya gembira sebab tulisan saya dibaca banyak orang- dengan harapan ada manfaat membangun bagi yang membaca...

Tapi, ...seperti ' arti di atas blog ini',bahwa menulis adalah tanggungjawab untuk membangun diri dan bangsa..jadi atas kelalaian itu, seharusnya...saya atau anda tidak berhenti berkarya...juga sebenarnya, tulisan itu harus selalu ada untuk membangun sebuah bangsa...

Tuesday, November 16, 2010

menjadi seorang yang Islam

Diantaranya adalah sewaktu saya melihat betapa samanya semua orang di mata Allah, semua tertutup hanya tinggal wajahnya saat bertemu Allah..tidak nampak perhiasan dan warna kulit, yang kaya dan miskin semua sujud dalam warna yang sama...lalu setelah itu, saya mulai membaca-baca buku tentang Islam...dan disinilah kemudian, saya menikah juga Alhamdulillah dengan seorang moslem..dan hingga sekarang dan (ameen) sampai ajal, saya akan menjadi seorang Islam.

Saya sempat sakit, sewaktu mulai membaca buku milik suami saya, Duratun Nasihin.terasa betapa banyak kesalahan dan berpolah saya sebagai seorang Islam, dan betapa bahkan dalam amal ibadah tersebut saya masih salah dalam mengerjakannya...but, suami saya tersenyum, dan saya yakin Allah itu penuh kasih dan sayang, ( but please learn!!), dan saya berusaha ..lagi...

keikhlasan
ini mungkin makna yang saya dapat pada eid mubarak tahun ini ( nov.17 2010). Ikhlas dengan apa yang dimiliki, dengan jalan Allah. nikmat adalah cobaan dan ujian ( ujian dan cobaan Nabi Ibrahim terhadap Ismail, betapa beratnya)

...itu mungkin ya yang baru saya dapat, dari apa yang saya baca dari salah satu situs yang baru saya cari-cari malam ini ( sambil dengar lagu taare zaame par ..a ha hihi * bernard )

?Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni’mat yg banyak. Maka dirikanlah salat krn Tuhanmu dan sembelihlah hewan . Sesungguhnya orang-orang yg membenci kamu dialah yg terputus?

Pemberian ni’mat oleh Allah kepada manusia tak terhingga. Anak isteri dan harta kekayaan adl sebagian ni’mat dari Allah. Kesehatan dan kesempatan juga ni’mat yg sangat penting. Manusia juga diberi ni’mat pangkat kedudukan jabatan dan kekuasaan. Segala yg dimiliki manusia adl ni’mat dari Allah baik berupa materi maupun non materi. Namun bersanmaan itu pula semua ni’mat tersebut sekaligus menjadi cobaan atau ujian fitnah atau bala? bagi manusia dalam kehidupannya. Allah berfirman ?Dan ketahuilah bahwasanya harta kekayaanmu dan anak-nakmu adl fitnah . Dan sesungguhnya Allah mempunyai pahala yg besar?.

Meskipun Allah memberikan ni’mat-Nya yg tak terhingga kepada manusia tetapi dalam kenyataan Allah melebihkan apa yang diberikan kepada seseorang daripada yg lain. Sehingga ada yg kaya raya cukup kaya miskin bahkan ada yang menjadi seorang papa gelandangan berteduh di kolong langit. Demikian juga ada yg menjadi penguasa ada yg rakyat jelata. Ada pimpinan/ kepala dan ada bawahan / anak buah. Ini semua juga dalam rangka cobaan bagi siapa yang benar-benar mukmin dan siapa yg hanya mukmin di bibir saja.

Salah satu bukti bahwa seorang mukmin telah lulus cobaan dalam ni’mat harta kekayaan adl ia dgn ikhlas mengunakannya utk ibadah haji. Sehingga bagi orang demikian akan memperoleh haji yg mabrur. Sedang haji mabrur pahalanya hanyalah surga sebagaimana sabda Nabi SAW ?Orang yg dapat mencapai haji yg mabrur tiada pahala yg pantas baginya selain surga?. .

Betapa gembira dan bahagianya orang kaya yg dapat mencapai haji mabrur demikian. Belum lagi jika ia sempat salat berjamaah di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi maka tiada terkira lagi pahalanya. Namun ini konteksnya adl orang yang kaya. Sedang orang yg tidak mampu / miskin tidak perlu berkecil hati. Bagi kita yg tidak mampu maka konteksnya terkandung dalam hadis Nabi SAW berikut “Hajinya orang yg tidak mampu adalah berpuasa pada hari Arafah .?

Itulah maka sangat disayangkan bila di antara kita ada yg menyia-siakan kesempatan dari Allah yakni tidak mau berpuasa pada tanggal 9 Zul Hijjah yg disebut puasa Arafah itu.

Cobaan tentang harta kekayaan juga berkaitan dgn pelaksanaan ibadah udhiyah yakni menyembelih hewan yang terkenal dgn hewan qurban di hari raya. Karena pada hari ini Allah mensyariatkan utk ber-udhiyah {menyembelih hewan} maka hari raya ini disebut dgn hari raya Adha wa biha sumiya yaumal-adha. Demikian juga penjelasan Rasulullah SAW ?Hari raya fitrah adl pada hari manusia berbuka menyudahi puasa Ramadan. Sedangkan hari raya Adha adl pada hari manusia ber-udhiyah ? .

Maka salah satu bukti lagi bahwa seseorang lulus dari cobaan harta adl ia dgn ikhlas mau mengunakannya untuk ber-udhiyah baik itu berupa sapi kerbau maupun kambing. Ini tergantung pada kemampuan masing-masing. Seekor kambing boleh digunakan utk satu orang beserta keluarga seisi rumahnya. Sedang sapi / kerbau boleh utk tujuh orang beserta keluarga seisi rumah mereka masing-masing. Daging sembelihan ini termasuk syiar agama yakni utk dimakan menjamu tamu diberikan kepada yg meminta atau yg tidak meminta {orang mampu}. Daging ini juga boleh disimpan utk dimakan hingga hari tasyrik . Allah berfirman ?Makanlah sebagiannya dan utk memberi makan orang yg tidak meminta dan orang yg meminta?. {QS. Al-Hajj 36}.

Sementara Nabi bersabda ?Makanlah utk memberi makan dan simpanlah !?

Sementara itu cobaan besar terhadap sesuatu yg dimiliki manusia pernah dialami Abul Anbiya? Khalilurrahman Ibrahim AS. Beliau telah lulus ujian atau cobaan dari Allah. Hal ini didokumentasikan dalam Al-Qur?an ?Dan ketika Ibrahim diberi cabaan oleh Tuhannya dgn beberapa kalimat lalu Ibrahim lulus dalam cobaan itu. Allah berfirman ?Sesungguhnya Aku menjadikan kamu hai Ibrahim Imam semua manusia ..?. ?

Kelulusan Ibrahim tidak hanya dalam melaksanakan perintah Allah tetapi juga dalam kebijaksanaannya menyampaikan perintah itu kepada anaknya yg sangat dicintainya. Beliau tidak langsung mengambilnya tiba-tiba dan tidak pula mencari kelengahan atau dgn taktik menculik teror dan intimidasi. Meskipun Ibrahim memiliki massa yg banyak tetapi beliau tidak menggunakan massa agar anaknya bertekuk lutut di hadapannya. Perintah Allah disampaikannya dgn transparan penuh argumentasi Ilahiah.

Sedangkan Ismail anak yg patuh dan mengerti kedudukan orang tuanya dan posisinya sebagai anak ia tidak membangkang dan tidak bimbang. Ismail memberikan jawaban yg memancarkan keimanan tawaddu? dan tawakkal kepada Allah bukan utk menonjolkan kepahlawanan atau kegagahan mencari popularitas. Ia tidak melakukan unjuk rasa yang konfrontatif tanpa mengindahkan akhlakul karimah atau dgn kekerasan utk memprotes kehendak bapaknya.

Sungguh dua tokoh bapak dan anak ini merupakan uswah hasanah bagi umat manusia. Bahkan syariat Nabi Muhammad SAW merupakan syariat yg dulunya telah diwahyukan Allah kepada Ibrahim . Maka kita menyembelih hewan qurban di hari ?Idul Adha ini termasuk meneladani sunnah Ibrahim sebagaimana sabda Nabi SAW ?Sunnatu abikum Ibrahim.? .

?Idul Adha memiliki makna yg penting dalam kehidupan. Makna ini perlu kita renungkan dalam-dalam dan selalu kita kaji ulang agar kita lulus dari berbagai cobaan Allah. Makna ?Idul Adha tersebut

    Menyadari kembali bahwa makhluk yg namanya manusia ini adl kecil belaka betapapun berbagai kebesaran disandangnya. Inilah makna kita mengumandangkan takbir Allahu akbar !
    Menyadari kembali bahwa tiada yg boleh di-Tuhankan selain Allah. Menuhankan selain Allah bukanlah semata-mata menyembah berhala seperti di zaman jahiliah. Di zaman globalisasi ini orang dapat menuhankan tokoh lebih-lebih lagi si Tokoh itu sempat menjadi pucuk pimpinan partainya menjadi presiden/wakil presiden atau ketua lembaga perwakilan rakyat. Orang sekarang juga cenderung menuhankan politik dan ekonomi. Politik adalah segala-galanya dan ekonomi adl tujuan hidupnya yg sejati. Bahkan HAM menjadi acuan utama segala gerak kehidupan sementara HAT diabaikan. Inilah makna kita kumandangkan kalimah tauhid La ilaha illallah !
    Menyadari kembali bahwa pada hakikatnya yg memiliki puja dan puji itu hanyalah Allah. Maka alangkah celakanya orang yg gila puja dan puji sehingga kepalanya cepat membesar dadanya melebar dan hidungnya bengah bila dipuji orang lain. Namun segera naik pitam wajah merah dan jantung berdetak melambung bila ada orang yang mencela mengkritik dan mengoreksinya. Inilah makna kita kumandangkan tahmid Wa lillahil-hamd !
    Menyadari kembali bahwa manusia ini ibarat sedang melancong atau bepergian yg suatu saat rindu utk pulang ke tempat tinggal asal yakni tempat yg mula-mula dibangun rumah ibadah bagi manusia Ka?bah Baitullah. Inilah salah satu makna bagi yg istita?ah tidak menunda-nunda lagi berhaji ke Baitullah. Di sini pula manusia disadarkan kembali bahwa pada hakikatnya manusia itu satu keluarga dalam ikatan satu keimanan. Siaopa pun dia dari bangsa apapun adl saudara bila ia mukmin atau muslim. Tetapi bila seseorang itu kafir adl bukan saudara kita meskipun dia lahir dari rahim ibu yg sama. Maka orang yg pulang dari haji hendaknya menjadi uswah hasanah bagi warga sekitarnya tidak membesar-besarkan perbedaan yg dimiliki sesama muslim terutama dalam hal yg disebut furu?iyah.
    Menyadari kembali bahwa segala ni’mat yg diberikan Allah pada hakikatnaya adl sebagai cobaan atau ujian. Apabila ni’mat itu diminta kembali oleh yg memberi maka manusia tidak dapat berbuat apa-apa. Hari ini jadi konglomerat esok bisa jadi melarat dgn hutang bertumpuk jadi karat. Sekarang berkuasa lusa bisa jadi hina tersia-sia oleh massa. Kemaren jadi kepala kantor dgn mobil Timor entah kapan mungkin bisa jadi bahan humor krn naik sepeda bocor. Sedang ni’mat yg berupa harta hendaknya kita ikhlas utk berinfaq di jalan Allah seperti utk ber-udhiyah .
    Percayalah dalam hal harta apabila kita ikhlas di jalan Allah niscaya Allah akan membalasnya dgn berlipat ganda. Tetapi jika kita justru kikir pelit tamak bahkan rakus tunggulah kekurangan kemiskinan dan kegelisahan hati selalu menghimpitnya.

    Akhirnya semoga ?Idul Adha dgn berbagai ibadah yg kita laksanakan sekarang ini dapat membangunkan kembali tidur kita . Kemudian kita berihtiar lagi sekuat tenaga utk memperbanyak amal saleh sebagai pelebur amal-amal buruk selama ini. Amin !

    Oleh Drs. Syafi’i Salim Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia ( ) (

    sumber file al_islam.chm


    Semoga keturunan kita, lebih baik ilmu dan akhlaqnya.

    Ameen

Monday, November 15, 2010

summer sunshine

Everyone's changing, I stay the same
I'm... a solo cello outside a chor-us
I've got a secret,
It's time for me to tell that you've been keeping me warm

Just sweet beginnings and bitter en-dings
In coffee city, we borrowed hea-ven
Don't give it back, I've never felt so wanted
Are you taking me home?

You tell me you have to go...

[:]
In the heat of summer sunshine
I miss you like nobody else
In the heat of summer sunshine
I kiss you, and nobody needs to know

Now that you've left me, there's no retur-ning
I keep comparing, you're always win-ning
I try to be strong but you'll never be more wanted
Will you make me at home?

Don't tell me you have to go...

[Chorus:]
In the heat of summer sunshine
I miss you like nobody else
In the heat of summer sunshine
I kiss you, and nobody needs to know

Ya da... ya da... ya da

To sweet beginnings and bitter en-dings
In coffee city, we borrowed hea-ven
Don't give it back
Winter is coming and I need to stay warm

The heat.....

[Chorus:]
In the heat of summer sunshine
I miss you like nobody else
In the heat of summer sunshine
I kiss you, and nobody knows

[Chorus:]
In the heat of summer sunshine
I miss you like nobody else
In the heat of summer sunshine
I kiss you, and nobody needs to know